Rabu, 11 Mei 2011

manfaat air whudlu

 Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad ituDihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya (Q.S al-Maidah (5:6)
12967835751163527246
Urutan wudhu mulai dari niat, membasuh muka sampai kaki sudah menjadi ketentuan al-Qur’an. Tidak diperkernankan bagi siapapun untuk merubah urutan wudhu’ tersebut, walupun dengan alasan ilmiyah. Walaupun di dalam al-Qur’an tidak ada keterangan seputar “ niat” sebagai kewajiban (fardu) dalam pelaksanaan wudhu’, tetapi, hadis Nabi secra tegas menyebutkan bahwa sesungguhnya setiap amalan mesti didahuli dengan niat.
Sedangkan letak niat (mahallu al-Niat)itu di dalam hati. Ada beberapa pertengtangan, bahwa orang berwudu’ tidak perlu melafadkan niat, karena niat itu di dalam hati. Menanggapi polemic ini, para ulama al-Syafii berpendapat bahwa melafadkan niat bukanlah bagian dari wudhu’ tetapi lafadh itu diucapkan guna mempertegas (tauhid)serta mempermudah niat dalam hati.
Untuk itu, tidak tidak perlu mempersoalkan masalah mengucapkan niat (talaffudh fi al-Niat), karena itu akan menimbulakn polemic yang tidak berkesudahan. Perlu digaris bawahi, bahwa niat yang diucapkan itu tidak mengurangi ke-absahan wudhu’. Sedangkan mengaggab bahwa melafadhkan niat itu adalah perbuatan mengada-ngada (bid’ah) adalah perbuatan maksiat, karena menuduh sesama muslim melakukan perbuatan bid’ah.
Terlepas dari fardu dan sunnah wudhu’ yang dijelaskan gamblang di dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi Saw. Ternyata, dibalik sunnah-sunnah wudhu yang diajarkan Nabi Saw, seperti; memasukkan air kedalam hidung dan mulut, mengusap telinga, mendahulukan tangan kanan. Di balik sunnah Nabi itu, ternyata ada rahasia yang sangat luar biasa. Oleh karena itu, para ulama senantiasa mengajarkan agar supaya melaksanakan sunnah Nabi Saw dengan ihlas dan semata-mata karena cinta kepada Nabo Saw. Di sisi lain, para ilmuan dan peneliti terus berusaha mencari hikmah dibalik sunnah Nabi Saw tersebut.
Suatu ketika, ada seorang lelaki yang usianya berkisar 68. Ketika sedang berdiskusi, beliau bercerita bahwa dirinya tidak pernah sakit pilek. Saya-pun memberanikan bertanya:’’ Memang jamunya apa, kok ngak pernah sakit pak? Dia-pun menjawab:’’ Setiap saya berwudhu’, saya selalu membersihkan hidung dan mulut (tamadmadhoh dan istinsaq). Di samping sunnah, ternyata hikmah dari membersihkan lisan dan hidunh itu ternyata membersihkan mikiroba dan kuman yang setiap saat menempel pada bulu-bulu hidung. Dan begitu juga kuman yang menempel dilangit-lngit mulut.
Tidak hanya menjaga dan menyembuhkan pilek. Seorang santri sakit mata. Sudah berhar-hari sakit itu tak kunjung sembuh. Dokter sudah memberikan obat, tetapi belum juga sembuh. Dengan terpaksa, lelaki itu selalu mengenakan kaca mata hitam. Saya pikir, lelaki itu bergaya, ternyata sakit mata yang tak kunjung sembuh. Ahirnya, lelaki itu memperoleh petuah dari Kyai yang tidak ilmiyah dan tidak intelektual agar supaya setiap berwudhu agar tidak menutup matanya. Alasannya, air wudhu’ itu memiliki kekuatan dan penuh dengan berkah di dalamnya. Lelaki itu langsung percaya. Setiap berwudhu’ lelaki itu selalu membuka matanya. Tidak lama kemudian, lekaki itu sembuh tanpa menggunakan obat lagi.
Sejak saat itu, setiap orang yang mata, pilek, selalu saya anjurkan berobat dengan air wudhu’. Dengan ijin Allah, mereka yang sedang saki itu sembuh. Tentunya, ini bukan sulap dan bukan sihir, tetapi kenyataan. Yang menarik disini ialah, kebenaran itu perlu dibuktikan secara ilmiah, dan tentunya dengan melakukan penelitian lebih lenjut untuk membuktikan kebenaranya. Namun demikian, sebagai umat islam sejati, cukup dengan mengatakan” sami’na wa ato’na’’ yang artinya:’’ ya Allah…sendiko dawuh…!

1 komentar: